Rabu, 20 Februari 2013

FILOSOFI TENTANG WAYANG


Enam nilai universalal yang terdapat pada filosofi wayang itu meliputi:
1. Empati (Caring)
Artinya setiap mahluk yang hidup di bumi ini haruslah memiliki sikap empati kepada semua mahluk, baik kepada manusia lain, tumbuhan, atau sama hewan sekalipun. Karena sikap empati akan menjadikan seseorang menjadi peka terhadap kehidupannya dan kehidupan orang lain juga untuk menciptakan hidup damai serta selaras.
2. Kejujuran (Trustworthiness)
Alangkah indahnya hidup jika setiap manusia menanamkan rasa kejujuran dalam diri, mungkin tidak ada korupsi yang saat ini menjadi budaya di bangsa kita. Kata ini mudah diucapkan namun terkadang sulit untuk diaplikasikan dalam kehidupan, ada saja kebohongan-kebohongan kecil yang kita lakukan dan tanpa kita sadari kebohongan kecil itu akan menjadi terbiasa dan berujung pada kebohongan besar. “Kejujuran itu terkadang membuat kita sulit, tetapi kesulitan yang lebih besar akan timbul takakala kita ketahuan tidak jujur”.
3. Saling Menghargai (Respect)
Ya. Hidup ini juga akan menjadi tentram jika di antara kita, yang muda terhadap yang tua ataupun sebaliknya, yang tua kepada yang muda saling menghargai satu sama lain. Sikap inilah yang menjadi sebuah suksesnya kehidupan bermasyarakat, karena tidak mengedepankan ego dan ke “aku-an” sehingga akan menciptakan kehidupan yang indah serta kebahagiaan dalam kebersamaan.
4. Tanggung jawab (Responsibility)
Ini juga salah satu sikap yang juga harus ada pada setiap diri manusia, khususnya kepada para pemimpin. Bertanggungjawablah kalian sebelum menanggungnya di akhirat kelak atas segala apa yang kalian lakukan di dunia ini, apalagi sampai merugikan banyak orang dan alam sekitar. Karena mesrusak alam sedikit saja berarti membunuh kehidupan, apakah kita mau dicap sebagai seorang pembunuh? Dalam hal ini bisa kita lihat dari saudara kita yang berada di sekitar galian PT. Lapindo Brantas, mereka tak pernah menyangka bahwa tanah yang mereka pijak dari turun-temurun kini harus lenyap tak tersisa dilahap lumpur dengan jutaan kubik. Rumah, mata pencaharian, sekolah, sampai makam pun harus lenyap. Ironi. Dan jangan keget kalau tingkat pengangguran semakin banyak. HEI PELAKU KEJI PENIKMAT KEKAYAAN BUMI DI SIDOARJO, TANGGUNG JAWAB! JANGAN HANYA BISA MERUSAK, TANGGUNG JAWAB! KEMBALIKAN KEHIDUPAN MEREKA, TANGGUNG JAWAB!
5. Keadilan (Fairness)
Bicara soal kedilan di negara kita sepertinya menjadi hal yang tabu dan menjadi kompleks dari segala persoalan yang ada. Adil itu sudah bisa dibeli dengan uang dan kedilan itu hanya terasa nikmat kepada orang yang berkuasa serta mempunyai uang. Lalu bagaimana rasa keadilan bagi rakyat jelata? Ah pahit sekali. Sepertinya sikap adil itu sudah mulai luntur pada orang-orang di negri ini, khususnya para pemimpinnya. Bisa kita lihat para koruptor, perampas hak milik rakyat, mereka bisa tetap merasakan senang sekalipun di dalam jeruji besi. Tapi tidak untuk rakyat jelata yang mencuri ayam untuk bisa bertahan hidup dari segala gencatan kehidupan, harus merasakan pedih atas ketidakadilan yang diterimanya. Percayalah adil itu sejatinya sebuah sikap atau perilaku yang jika dilakukan tidak ada yang merasa dirugikan, semua mendapatkan porsinya masing-masing.
6. Loyal pada Negara (Citizenship)
Kita juga harus memiliki sikap loyal terhadap negara, walau kita bukan atlet atau pejuang sekalipun. Tapi setidaknya kita bisa melakukan itu dengan cara ikut sama-sama membangun dan meningkatkan kualitas kehidupan di lingkungan kita, mengeksplor sumber daya alam yang ada, memanfaatkan, lalu melestarikan. Karena siapa tau akan menghasilkan sebuah dampak positif terhadap masyarakat, bangsa, serta negara. Sehingga kita bisa membantu meringankan beban negara, untuk bisa menuju kehidupan sejahterah.
Alangkah baiknya dari enam nilai universal itu juga dibarengi dengan membangun pondasi keimanan dengan cara menanamkan rasa cinta dan rasa takut kepadaNYA. Karena hal tersebut akan membuat hati kita selalu dipenuhi oleh rahmatNYA dan hati bersih dari segala noda kehidupan.
Jika hati telah bersih, niscahaya segala hal yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang positif dan memberikan kemanfaatan bagi mahluk lainnya. Karena hati yang bersih dapat menjadi kompas kehidupan yang nintinya akan berujung pada hidup yang diridhoiNYA.

NAMA-NAMA JAWA

NAMA-NAMA JAWA Dibalik nama-nama pria Jawa sesungguhnya ada harapan tertentu dari orangtuanya, agar anaknya kelak kalau besar bisa sesuai yang diharapkan.. ..
Contohnya :
- Pandai menanam bunga, diberi nama Rosman.
- Pandai membaiki mobil, diberi nama Karman.
- Pandai main golf, diberi nama Parman.
- Pandai dalam korespondensi, Suratman.
- Gagah perkasa, Suparman.
- Kuat dalam berjalan, Wakiman.
- Berani bertanya, Asman (askman).
- Ahli membuat kue, Paiman.
- Pandai berdagang, Saliman.
- Pandai melukis, Saniman.
- Agar jadi orang kaya, Sugiman.
- Agar besar nanti padai cari muka, Yasman
- Suka begituan, Pakman
- Suka makan toge goreng, Togiman
- Selalu ketagihan, Tuman
- Selalu sibuk terus, Bisiman
- Biar pinter main game diberi nama Giman
- Biar bisa sering cuti diberi nama Sutiman
- Biar jadi juragan sate diberi nama Satiman
- Biar jadi juragan trasi diberi nama Tarsiman
- Biar pinter memecahkan problem diberi nama Sukarman
- Biar kalau ujian ndak usah mengulang diberi nama Herman
- Biar pinter bikin jus diberi nama Yusman
- Biar jadi orang yang berwibawa diberi nama Jaiman
- Biar jadi pemain musik diberi nama Basman
- Biar awet muda diberi nama Boiman
- Biar pinter berperang diberi nama Warman
- Biar jadi orang Bali diberi nama Nyoman
- Biar jadi orang Sunda diberi nama Maman
- Biar lincah seperti monyet diberi nama Hanoman
- Biar jadi orang Belanda diberi nama Kuman
- Biar tetep tinggal di Jogja diberi nama Sleman
- Biar jadi tukang sepatu handal diberi nama Soleman
- Biar tetep bisa jalan walau ndak pake mesin diberi nama Delman

- Biar punya kebiasaan melempar mangga tetangga diberi nama Ngateman

- Biar tetep mengoalh Database diberi nama Baseman